Gambar Burung Ini Viral Dan Bikin Netizen Bergidik, Berikut Ini Penjelasan Ilmiahnya

Gambar Burung Ini Viral Dan Bikin Netizen Bergidik, Berikut Ini Penjelasan Ilmiahnya

Gambar Burung Ini Viral Dan Bikin Netizen Bergidik, Berikut Ini Penjelasan Ilmiahnya
Burung Pelatuk

WONGCILIK - Bagi sebagian besar orang gambar yang menunjukan seekor burung pelatuk yang sedang meyimpan biji-bijian kedalam pohon ini seperti biasa-biasa saja akan tetapi bagi sebagian orang lainnya gambar ini bisa menjadí sangat menjijikan atau menakutkan.

Seperti diunggah oleh akun @41Strange di akun media sosial Twitter gambar ini menimbulkan rasa jijik bagi para netizen yang melihatnya dan bagi para netizen yang berkomentar. Mereka menulis bahwa yang membuat gambar tersebut jijik bukanlah burung atau biji pohonnya akan tetapi lubang-lubang tempat bijinya disimpan.

Rasa jijik atau ketakutan terhadap pola lubang atau benjolan yang berkumpul secara reguler ini disebut Trypophobia. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh internet pada tahun 2005 tetapi menurut para pakar kondisnya telah ada sejak zaman dahulu kala.

Dilansir dari artikel Live Science, Jumat (7/6/2019) psikolog dari University of Essex, Arnold Wilkins menjelaskan bahwa meskipun istilah Trypophobia baru diciptakan oleh internet pada tahun 2005 akan tetapi kondisinya telah ada jauh sebelum internet itu ada.

Ketika melihat gambar-gambar pemicu Trypophobia sekitar 10 persen manusia bisa mengalami masa cemas, mual dan sesasi gatal-gatal`. Bahkan Wilkins berkata bahwa beberapa orang juga bisa terganggu kehidupannya diakibatkan kondisi ini.

Akan tetapi ketakutan ini bukan fobia resmi atau tídak terdaftar dalam Diagnostiç and Statistical Manual Of Mental Disorders.


Penyebab Trypophobia

Mengenai penyebabnya para pakar meyakini bahwa trypophobia bersifat adaptif evolusioner dimana manusia secara alamiah menghindari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.

Didalam studî mengenai trypophobia pertama yang dipublikasikan dalam Psychological Science oleh Wilkins dan kolega misalnya.

Para peneliti ini menemukan gambar-gambar pemicu kondisi ini memiliki distribusi bintík, bentol atau lubang yang sama dengan hewan-hewan yang beracun seperti gurita bercincin biru. Gambar-gambar ini juga memiliki tingkãt kontras yang sama dengan hewan-hewan tersebut.

Alhasil Wilkins dan kolegapun menyebut bahwa trypophobia mungkin berasal dari penghindaran adaptif evolusioner terhadap hewan-hewan beracun.

Baca Juga : Sebanyak 81 Ribu Orang Indonesia Tercatat Memesan 'Tiket' Ke Mars

Namun, penelitian lain yang diterbitkan pada 2018 dalam jurnal Cognition and Emotion mengungkapkan bahwa fobia ini mungkin berevolusi dari respons kita terhadap penyakit. Karena kumpulan lubang menyerupai luka dan benjolan pada penyakit menular kuno, seperti cacar.

Para penulis studi juga menulis bahwa trypophobia, seperti yang Anda alami ketika melihat foto pelatuk di atas, tidak menimbulkan rasa takut, tetapi jijik.

Ketakutan dan jijik memiliki aktivasi sistem saraf yang berbeda. Ketakutan, seperti ketika Anda melihat seekor ular, membuat tubuh memasuki mode perang-atau-lari. Sementara itu, jijik, seperti ketika Anda melihat makanan busuk, mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang merilekskan tubuh dalam upaya untuk menghemat energi.

Pendapat ini diperkuat oleh studi lain yang diterbitkan dalam jurnal 2018 PeerJ. Studi ini menemukan bahwa murid-murid peserta melebar ketika mereka melihat foto ular, dan menyipit ketika mereka melihat foto-foto lubang. Pengurangan pupil ini merupakan salah satu tanda aktivasi sistem saraf parasimpatis.

Berita ini dikutip dari situs : Kompas.com

Post a Comment

0 Comments